Rabu, 05 November 2014

Profil Syafruddin Nur di FAM(Forum Aktif Menulis)Indonesia

Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia Membina Dengan Hati Calon Penulis Islami • Beranda • TENTANG FAM • TIM FAM • FAM PUBLISHING • REGISTRASI ANGGOTA Rabu, 06 November 2013 Profil Anggota FAM Indonesia: Syafruddin Nur (Padang Pariaman) Syafruddin Nur Lahir di Campago Kampung Dalam Padang Pariaman, SumateraBarat, 18 Desember 1956. Anak bungsu dari tujuh bersaudara (ayah Tuanku M. Nur Syakban dan ibu Rukayah). Menikah dengan Amriani Effendi Pauh Kambar 1960. Guru SMPN 1 Kayu Tanam. Dikurniai 6 orang anak, 5 perempuan 1 laki-laki. Syafruddin Nur menamatkan SD di kampung kelahirannya. Melanjutkan pendidikan ke PGA 4 tahun Almanar Kampung Dalam (tamat 1974). PGAN 6 tahun diselesaikan di Koto Baru Padangpanjang (tamat 1976). Melanjutkan Pendidikan ke IKIP Padang 1977 dan tamat Program D III Bahasa Indonesia (1980). Pendidikan S1 diperoleh melalui Universitas Terbuka. Saat ini sedang mengikuti kuliah jarak jauh di LIPIA Jakarta untuk mengambil program LC. Perkembangan Karir PNS: • 1980, mengajar di SMA Taman Siswa Padang • 1 Oktober 1980, diangkat sebagai PNS di SMPN Padang Sago Padang Pariaman, Sumatera Barat. • Agustus 1984, pindah ke SMAN Sungai Limau Padang Pariaman, Sumatera Barat • 1991, ditunjuk sebagai Pjs. Kepala SMA Sungai Limau • 2001-2007, diangkat sebagai Kepala SMPN 1 Sipora Mentawai • November 2007, dilantik jadi Pengawas SMA Wilayah Pagai Utara Selatan dan Sipora • 2010, Kepala Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Pendidikan Ulama dan Zuamak (TAPUZ) Marunggi Kurai Taji Kota Pariaman • Juli 2009-sekarang, bertugas sebagai pengawas SMP Kota Pariaman Organisasi yang Pernah Diikuti: • PGRI, 1980-sekarang • Musyawarah Kerja Pengawas(MKPS), 2007-sekarang • Ketua MGMP Bahasa Indonesia Padang Pariaman, 1986-1990 • Pengurus Badan Pembinaan Kader Muhammadiyah Padang Pariaman • Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Padang Pariaman, 1990-1999 • Sekretaris Cabang Muhammadiyah Sicincin-Kayutanam, 2012-2016 Karir Menulis: Mulai menulis tahun 1984. Artikel pertama dimuat di Harian Singgalang. Artikel lainnya dimuat di mingguan Canang, Padang Pos, Semangat (koran Sumatera Barat). Artikel dan laporannya juga dimuat di majalah Estafet, Panji Masyarakat, Kiblat (Jakarta) dan Tabloid Salam Bandung. Di samping modal dasar yang didapat di bangku kuliah, karir kepenulisan juga banyak ditimba melalui kegiatan kursus tertulis jurnalistik, seperti KOMAK (Kelompok Mahasiswa Komunikasi) Jakarta, Lemjuri (Lembaga Jurnalistik Mandiri) Jakarta, Sidiq Intelektual Forum Bandung, LPWI (Lembaga Pendidikan Wartawan Islam) Gorobogan Jawa Tengah, HPCP (Himpunan Penulis Cerpen dan Puisi) Batu, Jawa Timur. Sekarang bergabung dengan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia yang berpusat di Kediri Jawa Timur. Di samping itu juga berautodidak dengan buku-buku jurnalistik dan keislaman berbagai disiplin ilmu. Motto mari cerahkan hidup bangsa dengan membaca dan menulis. Syafruddin Nur dapat dihubungi melalui HP 081363109877 atau email: pudin_cimpago26@yahoo.com. Dapat juga dihubungi di alamat rumah: Pustaka Afifah Pasar Hilir Kayu Tanam Padang Pariaman Sumatera Barat 25585. Label: profil anggota

Pendekatan Kalbu Untuk Membangun Kecerdasan Ruhani

Oleh : Syafruddin S.Pd Pengawas Dinas Pendidikan Kota Pariaman 1. Pendidikan Kita Belum Menyentuh Hati “Di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Jika daging itu baik,baiklah seluruh tubuh. Jika daging itu rusak,rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya dia itu adalah hati.” (al Hadist) Merujuk kepada hadis di atas,keberhasilan pendidikan itu bukan terletak pada kecerdasan otak,melainkan pada hati. Di sini bukan berarti bahwa otak tidak dipentingkan. Otak itu penting. Tapi kalau pendidikan itu hanya mengutamakan otak,berarti baru mencerdaskan satu dimensi kehidupan yaitu dimensi intelektual. Pendidikan yang hanya mengutamakan sisi intelektual,membuat seorang menjalani kehidupan yang pincang. Orang yang cerdas secara intelektual belum dapat dijamin berhasil dalam kehidupan. Selama ini kita masih bertahan bahwa jumlah anak-anak yang lulus di sebuah sekolah tanda keberhasilan. Kalau di SMA/SMK jika banyak siswanya yang diterima di perguruan tinggi itu menandakan sekolah itu telah berhasil. Ukuran yang digunakan baru sebatas kecerdasan intelektual. Bagaimana pribadi siswa yang berhasil, itu ukuran lain. Apakah siswa tersebut dapat mengatasi problem hidupnya dengan sabar,kreatif dan bertanggung jawab belum menjadi ukuran saat ini. Inilah kelemahan-kelemahan pendidikan kita saat ini. Kalau kita mengukur keberhasilan anak didik hanya dari segi intelektual, pantas saja tawuran antar siswa sulit untuk dihentikan. Karena bisa jadi siswa yang tawuran itu otaknya cerdas tapi kecerdasan emosional dan spritualnya lemah. Jadi pendidikan itu bertujuan untuk memanusiakan manusia. Maksudnya bagaimana manusia yang dididik dalam lembaga pendidikan itu bersikap layaknya sebagai manusia. Sikap-sikap manusia yang harus dimiliki seorang anak didik itu adalah santun,ramah, sabar,cerdas ,percaya pada diri sendiri,tidak kasar, tidak suka kekerasan dan sifat lain yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Manusia Indonesia yang didik di sekolah itu,akan mengalami kesimbangan hidup antara dunia dan akhirat. Keseimbangan antara intelektual dengan emosional dan spritual. Manusia yang bukan hanya cerdas secara intelektual tapi juga berbudi pekerti luhur. Manusia yang tidak hanya berpengetahuan tetapi juga terampil dalam memecahkan masalah kehidupan. Agar pendidikan itu bisa meningkatkan kualitas kehidupan, perlu dilengkapi dengan sisi emosional dan spritual. Sisi emosional akan memberikan sikap jujur,pengendalian diri,kreatif, menjalin untuk saling mempercayai. Sedangkan sisi spritual akan menanamkan sikap bahwa ada kekuatan yang paling tinggi dalam menentukan hidup,menjadikan makhluk yang berkutahanan,dimensi spritual juga berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan etik sedang menghadapi stres. Persoalan-persoalan hidup tidak hanya bisa diatasi melalui dimensi intelektual. Tetapi juga harus melibatkan dimensi emsional dan spritual. Dengan menanamkan dimensi emosional dan spritual kehidupan akan mendapatkan nilai-nilai positif. Nilai positif itu bukan hanya cerdas secara intelektual tapi bisa mengatasi masalah kehidupan yang dihadapi. Bukan menyelesaikannya dengan kekerasan tetapi bagaimana mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi. Persoalan itu dihadapi dengan hati yang dingin sambil meminta pertolongan kepada sang Khalik. Berdoa dan meminta kepada sang Khalik adalah menyandarkan hati ke tonggak yang kokoh. Inilah cara mengatasi persoalan hidup yang akan dapat meneyelesaikan masalah secara bijak. Dibimbing oleh ketenangan hati sambl mencari jalan terbaik yang dibimbing oleh nilai-nilai agama. Selama ini kita memberikan pendidikan intelektual lebih dominan kepada siswa. Sehingga terjadi ketidak seimbangan dalam kehidupannya. Mereka lebih mengutamakan intelektualnya dari pada dimensi emosional dan spritual. Jadilah anak didik menjadi pincang. Mereka cakap dalam belajar tapi tidak cakap mengenali diri sendiri. Mereka lebih mengenal duina luar daripada mengenal dirinya sendiri. Permasalahan lain yang dihadapi oleh anak didik di sekolah adalah keringya nilai-nilai sosial dan keruhanian. Mungkin konsep-konsep tentang soisal ada Pendidikan yang membicarakan keruhanian juga ada. Tapi hal ini belum terlihat nyata di hadapan mereka. Sebagian guru mereka belum bisa dipedomani untuk dijadikan teladan dalam tindakan sosial dan keruhanian. Mereka butuh vigur yang bisa mereka jadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menginginkan bahwa keadilan sosial yang mereka ucapkan dalam upacara itu hendaknya teraplikasi di sekolah sebagai lembaga yang menciptakan manusia yang terdidik. Dengan kata lain sekolah belum memperlihatkan suatu budaya edukatif di lingkungan pendidikan. Hal ini terlihat dalam sikap guru ketika menegur anak. Masih banyak guru yang menegur anak dengan hardikan beserta ucapan-ucapan yang tidak mendidik. Cara seperti ini bukan membuat anak berubah ke arah yanglebih baik malah membuat siswa melawan atau mencemoohkan guru. URAIAN TEORI DAN FAKTA MENGENAI PENDIDIKAN Pendidikan kita dari masa ke masa tetap saja punya borok-borok. Bertamabah lama borok itu makin melebar. Borok lama belum sembuh timbul lagi borok baru yang lebih parah. Dr Slamet Iman Santoso mengemukakan borok-borok ini dalam bukunya “Pendidikan Indonesia Dari Masa ke Masa: “Dari segi moral sistem pendidkan yang dilaksanakan di Indonesia sekarang ini,belum lagi menunjukkan hal yang menggembirakan. Ini terbukti makin hari keluhan tingkah laku mereka yang terdidik dari SD sampai perguruan tinggi cukup menimbulkan kerisauan kalau belum boleh disebut mengkahawatirkan. Pendidikan zaman Belanda lebih baik dari zaman sekarang. Moral dan Nation Building lebih tumbuh di zaman Belanda.(hl.174) Bukan berarti kita tidak punya konsep tentang pendidikan yang baik. Kita sudah punya Undang-undang sistem pendidikan yang bagus. UU No2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab II pasal 4 menyatakan tujuan pendidikan nasional sbb: “Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia berbudi pekerti yang luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan ,kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.” Melihat kepada tujuan pendidikan di atas,pendidikan kita jelas arah dan tujuannya. Pendidikan yang akan membangun anak didik menjadi cerdas. Seimbang antara jasmani dan ruhani. Menjadikan putra-putri Indonesia yang berjiwa dan berbudi pekerti yang luhur Dengan kata lain pendidikan di Indonesia akan memberi keseimbangan kepada anak didik antara intelektual,emosional dan spritual. Kalau kita lihat kenyataan yang ada tujuan itu belum tercapai. Kita sudah 65 tahun merdeka tetapi masalah pendidikan kita seperti lingkaran setan. Kita dihadapakan kepada masalah anak didik yang suka kekerasan,tawuran dan berbagai prilaku negatif lainnya. Berarti ada yang salah dalam sistem pendidikan kita. Kalau konsep sudah betul biasanya konsep yang baik akan melahirkan hasil yang baik. Tetapi kita telah menelan pil pahit dalam . Antara konsep dan hasil jauh berbeda. Menurut pendapat penulis, ada yang salah dalam melaksanakan konsep itu. Kita belum melaksanakan konsep itu dengan hati. Hati kita masih terpecah antara konsep dan pelaksanaannya. Kita menginginkan hasil pendidikan itu melahirkan anak yang jujur,cerdas,berbudi pekerti luhur. Sementara di tengah masyarakat,prilaku jujur dan berbudi pekerti yang baik sulit ditemukan. Anak didik kita kehilangan arah. Mereka belum menemukan figur yang bisa diteladani dalam semua aspek kehidupan. Prilaku jujur itu hanya baru dalam ucapan. Tetapi belum teraplikasi dalam kehidupan bermasyarrakat dan berbangsa. Dari segi berbicara saja,sebagian para pemimpin kita,belum bisa diteladani. Perhatikanlah perdebatan yang ditayangkan di Televisi. Apakah sudah ada cara berbicaranya bisa dijadikan contoh. Apalagi kalau kita lihat anggota dewan yang berbicara. Belum bisa dijadikan politisi itu berbicara santun,menghormati lawan bicara,memberikan argumen tanpa melukai perasaan lawan bicara. Bagaimana kita akan mengatakan kepada anak didik bahwa berbicara itu harus dengan santun,menyentuh hati,menggunakan kata-kata yang positif. Kita mengajarkan kepada mereka bahwa cara berdiskusi yang baik itu adalah argumennya kuat,tidak melecehkan lawan bicara dan lain-lain syarat diskusi yang baik. Ini jelas akan menjauhi anak didik dari tujuan pendidikan. Begitu juga di tengah masyarakat,anak didik itu diharapakan menjadi bersikap sopan,tidak egois,apalagi melakukan kekerasan. Di hadapan mereka,melalui televisi, setiap hari disuguhkan berita-berita perampokan ,penodongan,perkosaan,pembunuhan dan penjarahan. Apakah ini merupakan hal-hal yang mendidik? Menurut penelitian Mulyono W Kusumah ,Krimonolog UI stasiun televisi kita menyajikan kekerasan anti sosial ,kekerasan ringan 18,1%,ancaman dengan senjata tajam 21,3%penganiayaan berat 22,8%,penembakan 18,1%, dan perusakan barang 19,7%. (Mulyono W Kusumah:1997) 2. Tinjuan/Ulasan Undang-undang no.27 tahun 1989 tentang sistem pendidkan nasional menetapakan tujuan pendidikan di Indonesia : “Pendidikan Nasional betujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya ,yaitu manusia berbudi pekerti yang luhur,memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”(Bab II pasal 4 UUSPN) Jika kita berpedoman kepada undang-undang di atas,kita tidak khawatir lagi terhadap masa depan generasi mendatang. Mereka yang telah ditempa di lembaga pendidkan punya kepribadian yang baik,berbudi pekerti luhur,bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan sikap terpuji lainnya. Kita akan mendapatkan generasi yang akan memajukan bangsa ini dengan pola pikir yang positif,usaha-usaha kreatif. Mereka yang telah didik melalui lembaga pendidikan foral atau non formal adalah bibit yang akan menghasilakn buah yangbermanfaat. Kenyataan yang ditemukan di tengah-tengah masyarakat saat ini,kita direpotkan oleh tingkah laku orang-orang yang terdidik. Mereka yang telah didik dari SD samapai ke perguruan tinggi justru tidak mencerminkan tujuan pendidikan yang telah dicantumkan dalam undang-undang sistem pendidikan itu. Justru banyak yang kontradiktif dengan tujuan pendidikan itu tingkah lakunya. Korupsi,bebricar kasar,menghina dan melecehkan orang lain merupakan tingkah laku keseharian dari sebagian orang yang berpendidikan. Yang sedang dalam pendidikan asik dengan tawuran,mabuk,menodong,mengkonsumsi narkoba dan tindakan negatif lainnya. Berarti ada yang salah dalam pendidikan kita. Konsep penddikan itu tidak salah yang belum tepat itu adalah aplikasinya di lembaga pendidikan. Kita selama ini berorientasi kepada keberhasilan pengeatahuan sedangkan pendidikan sikap terabaikan. Jadilah pendidikan kita hanya mengejar target angka-angka. Untuk lulus ditetapkan standarnya. Standar ini disamakan dari pusat samapai ke daerah. Daerah terpencil seperti Papua daerah kepulauaan lainnya harus sama standarnya. Kita lupa dengan sarana parasarana dan keterbatasan yang ada di daerah terpencil. Sehingga untuk mencapai standar yang sama antara sekolah yang ada di Jakarta dengan kepulauan Mentawai dilakukanlah segala cara. Cara itu kebanyakan sifatnya tidak edukatif lagi,malah bertentangan dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk menyamakan standar yang ditetapkan. Pendidikan kita berorientasi kepada hasil bukan proses. Demi mendapatkan NEM tinggi kejujuran dikorbankan. Pada hal kejujuran merupakan sendi utama dalam pendidikan. Demi mencapai standar nasional dalam ujian nasional siswa dibantu untuk menyelesaikan soal-soal ujian. Padahal percaya diri adalah sikap yang harus ditanamkan kepada anak didik. Kesimpulan Pemerintah sudah punya konsep yang bagus untuk memperbaiki mutu pendidikan. Yang belum terlaksana lagi adalah aplikasi di lapangan. Sehingga konsep yang baik yang telah direncanakan secara matang dengan biaya yang cukup tinggi itu,belum ada pemantauan pelaksanaannya di lapangan. Untuk itu sistem perekrutan baik kepala dinas propinsi,kepala dinas pendidkkan kabupaten/ kota,bahkan sampai pengangkatan kepala sekolah, mesti orang-orang yang terpilih dan jelas komitmennya terhadap kelangsungan pendidikan. Kalau kepala dinas pendidikan,terutama di kabupaten/kota sudah baik,sepak terjangnnya juga akan baik. Langkah-langkah yang dilakukannya akan mengarah kepada pencapaian tujuan. Perekrutan kepala sekolah dilakukan dengan benar dan objektif. Semua lembaga pendidikan yang bekerja dengan hati akan dapat memperbaiki anak didik yang gersang. Pendidikan akan berubah dari kepentingan sesaat menjadi kepentingan abadi yaitu memanusiakan manusia. Orang yang bekerja dengan hati yang tulus dan ikhlas akan mampu memperbaiki anak didik bagaimanapun keras dan brutalnyaanak didik. Daftar Bacaan De Porte Bobbi & Mike Hernacki,Quantum Learning(Terjemahan),Kaifa,Bandung,2003 Hawwa Said,Jalan Ruhani,Mizan,Bandung,1995 Mukti,Takdir Ali,(Penyunting),Membangun Moralitas Bangsa,LPPI Universitas Muhammadiyah,Yogyakarta,1998 Najati,M.Utsman,Belajar EQ dan SQ Dari Sunah Nabi,Hikmah,Jakarta,2003 Nursyam,Fakhruddin,Syarah Lengkap Arbain Ruhiyah, Bina Insani Press,Solo,2007 Nur,Syafruddin,Pendekatan Kalbu Unsur Utama Keberhasilan Pendidikan,Harian Singgalang, Padang,1983 Santoso,Slamet Iman,Pendididikan di Indonesia Dari Masa ke Masa,CV Haji Mas Agung,Jakarta,1987 Suarsono H.Sumarsono,Membangun Kembali Jati Diri Bangsa,Elex Media Kompotindo,Jakarta,2008

Menulis Sebagai kebutuhan Hidup

Menulis Sebagai Kebutuhan Hidup Oleh : Syafruddin Nur Saya masuk IKIP Padang tahun 1977. Waktu itu program Diploma mulai dilaksanakan. Karena diawal itu baru ada Diploma 3,maka kami “terpaksa” mengambil program itu. Program S 1 belum ada. Kalaupun ada mesti menunggu 3 tahun lagi. Tunggu mahasiswa S1 yang tahun itu baru tingkat satu. Jurusan yang saya ambil di IKIP Padang adalah jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan ini saya ambil atas anjuran kakak saya yang telah menjadi guru Sebelumnya. Tetapi beliau tidak mengambil jurusan Bahasa Indonesia melainkan jurusan Sejarah. Maksud beliau menganjurkan saya masuk jurusan bahasa Indonesia karena jurusan ini bisa mendekatkan kita kepad agama. Beberapa mata kuliahnya ada yang berkaitan dengan agama Islam. Jadi ilmu agama saya ketika PGA masih bisa dikembangkan. Di samping itu, Jurusan Bahasa Indonesia bisa menggiring kita menjadi penulis seperti Hamka. Itu motivasi kakak saya ketika saya tamat PGA 6 th,untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Saya menerima saran itu. Ternyata saya lulus tes,walau menggunakan no.13. Bagi orang lain ini angka sial tapi bagi saya angka keberuntungan. Setelah mengikuti kuliah di jurusan bahasa Indonesia,ternyata minat menulis saya belum tumbuh. Bahkan sampai tamat IKIP Padang tahun 1980,tidak satupun tulisan saya yang bisa dipertanggungjawabkan sebagai orang yang menimba ilmu di bidang tulis menulis. Penyebabnya, mata kuliah saat itu lebih menitikberatkan kepada ilmu bukan keterampilan. Jadilah saya orang yang banyak menghafal teori tetapi tidak mampu mempraktekkannya. Apa lagi ketika di SD,PGA 4 th dan PGA 6 th siswa hanya disuruh menghafal nama sastrawan,menghafal jenis-jenis kalimat dan bermacam hafalan lainnya tentang kebahasaan. Kita disuruh mengingat bukan berlatih dan mengasah kemampuan berbahasa. Mengawali Menulis dengan Membaca Ketika saya telah menjadi guru bahasa Indonesia,sedikit demi sedikit kesadaran saya mulai tumbuh. Ilmu yang saya peroleh selama pendidikan tidak mungkin berkembang jika hanya mengandalkan yang ditimba waktu kuliah saja. Saya ingin anak didik yang dibina punya kebanggan terhadap bahasa Indonesia. Untuk bangga dengan bahasa Indonesia pertama anak didik itu bangga terhadap guru bahasa Indonesianya. Agar dia bangga terhadap gurunya,saya harus punya karya yang dibanggakan anak didik. Salah satu jalan adalah menulis di koran. Anak didik harus membaca karangan gurunya. Di ibu Kabupaten tempat saya tinggal(Kab.Padang Pariaman Sumatera Barat) ada satu agen majalah sastra Horison. Mulailah saya menambah wawasan saya dengan berlangganan Horison. Tidak disangka, dengan banyak membaca majalah Horison, keinginan menulis saya,mulai tumbuh. Esai sastra,esai kebudayaan,Cerpen dan puisi beserta kritik sastra yang dimuat setiap bulan di Horison adalah bahan mentah bagi saya dalam menulis. Saya masih ingat,tulisan pertama saya dimuat di harian Singgalang. Waktu itu saya terinsipirasi sebuah tulisan di majalah Horison. Penulisnya saya lupa. Penulis itu menggambarkan bagaimana susahnya menghidupkan kegiatan sastra di negeri ini. Dari uraian penulis itu lahirlah tulisan saya yang pertama di harian Singgalang berjudul”Di Sekolah, Kegiatan Sastra Pelik dan Susah”. Tulisan itu menggambarkan bagiman sulitnya mengadakan kegiatan sastra di sekolah. Pelik karena belum ada kesadaran bersastra di kalangan anak didik dan guru-guru apalagi kepala sekolah. Kesadaran ini tidak ditumbuhkan seperti menumbuhkan minat olahraga misalnya. Susah karena untuk mendapatkan dana kegiatan sastra perlu mengemis kepada kepala sekolah. Masih untung kalau kepala sekolahnya dari Jurusan Bahasa Indonesia,masih ada sedikit respon. Kalau tidak dari jurusan bahasa Indonesia,jangan harap proposal dikabulkan. Jadilah kegiatan ekstra kurikuler di sekolah hanya kegiatan olahraga. Kegiatan lain tidak ada dana. Itulah yang dikupas dalam tulisan saya itu. Kepincangan antara kegiatan sastra dan kegiatan olahraga di sekolah. Padahal kegiatan sastra tidak kalah pentingnya dari kegiatan olahraga. Tulisan Pertama Yang Membawa Kesuksesan Tulisan pertama saya muncul di harian Singgalang tahun 1983. Waktu itu telah tiga tahun saya menjadi pegawai negeri. Dengan munculnya tulisan pertama itu saya bertambah rajin membaca dan menulis. Honor tulisan yang diterima dari harian Singgalang dibelikan kepada buku-buku. Tulisan-tulisan lain yang dibuat tidak hanya dikirim ke koran Singgalang saja. Dikirim juga ke majalah Kiblat,Panji Masyarakat,Majalah Estafet dan Republika(Jakarta),Tabloid Salam(Bandung),Juga koran Sumatera Barat yang lain Semangat,Padang Pos.(Semuanya koran dan majalah itu telah almarhum)kecuali Singgalang dan Republika. Dari kepercayaan redaksi memuat tulisan yang saya buat,percaya diri saya tumbuh. Kemampuan menulis saya jadi berkembang. Tulisan saya kirim ke koran-koran lain di luar Sumatera Barat. Walau banyak yang tidak dimuat dari yang dimuat tetapi saya tidak patah semangat. Di dalam diri tertanam semangat membara pada suatu saat saya akan menjadi penulis. Bukan hanya penulis artikel tetapi juga penulis buku. Secara tekun dan langkah demi langkah,saya tapaki perjalanan menulis. Walau kadang-kadang bak gelombang laut kadang-kadang berlaun-alun,kadang menggelora,saya sebagai nakhodanya tetap berjalan mengikuti gelombang kecil dan besar. Untuk menulis harus ada mentor yang membimbing dan memotivasi. Agar proses menulis berjalan cepat,saya mengikuti bimbingan tertulis membuat buku. Di samping menyedikan buku-buku sumber untuk petunjuk menulis buku. Saya ikuti bimbingan menulis online yang dilaksanakan oleh Jonru. Ada bimbingan menulis yang diasuh oleh Hendra Sipayung. Terakhir sayabergabung dengan Forum Aktif Menulis(FAM) Indonesia,yang berkantor di Kediri. Diasuh oleh Muhammad Subhan dan Sekretaris Athiyah Nurlaela. Lahirnya Buku Pertama Artikel pertama lahir tahun 1983. Sdengkan buku pertama saya lahir tahun 2013. Memang terlalu jauh jaraknya antara kelahiran artikel pertama dengan kelhiran buku pertama. Yang penting bukan jarak waktu antara kelahiran artikel dan kelahiran buku. Kita tidak boleh berhenti berkarya. Karya pertam harusdilanjutkan dengan karya kedua. Karya kedua mendorong lahirnya karya ketiga. Itulah prinsip yang saya tanamkan dalam diri saya. Kalau dalam menulis artikel suddah ada karya kedua dan ketiga,dalam menulis buku juga demikian Bukan berarti setelah “Buah-buah Manis Membaca dan Menulis” beredar di pasaran saya tidak akan berhenti sampai di situ Ada lagi “Membaca dan Menulis Sebagai Amal Saleh”.bakal ada buku “Membaca Sastra Memberi Dorongan Untuk Bergairah Membaca dan Menulis” dan buku-buku berikutnya,Insyaallah. Buku pertama saya “Buah-buah Manis Membaca dan Menulis” saya sapkan di twngah krisi melnda kehidupan. Makanya dalam buku itu lebih banya mengambil nilai-nilaia spritual dalam membaca dan menulis. Saya butuh nilai-nilai spritual yang religius untuk dapat menenagkan gelombang kehidupan yang menimpa saya dan keluarga. Persiapannya pun terlalu panjang semenjak tahun 2005. Saat itu saya bersentuhan dengan pemikiran Mas Hernowo yang telah banyak makan asam garam dalam menulis. Pola pikir Mas Hernowo inilah yang saya kembangkan dalam buku saya itu. Pemikiran utama saya peroleh dari Mas Hernowo adalah membaca dan menulis bermanfaat untuk mengembangkan kehidupan kepda yang lebih baik. Pemikiran Mas Hernowo tentang membaca dan menulis untuk perubahan itu,saya padukan dengan ajaran Islam tentang membaca dan menulis. Buku-buku Mas Hernowo tentang membaca dan menulis telah memotivasi kreativitas membaca dan menulis saya kembali. Bahkan telah mengmebangkan diri saya dari menulis artikel berkembang menjadi menulis buku. Sambutan dari FAM terhadap tulisan-tulisan juga tidak kalah pentingnya. Jika saya hanya terbungkus di dalam kertas tanpa ada yang mau mnerbitkannya kepenulisan saya juga menjadi mandek. Apalagi tema FAM cocok dengan keininan saya yaitu menlis dengan spritual religius. Terima kasih Mas Hernowo,Terima kasih FAM semoga kita dapat menjadikan membaca dan menulis untuk memajukan bangsa Selamat berkarya. Semoga awal 2014 ini menjadi kebangkitan bagi FAM dan anggotany untuk berkarya. Kayutanam Januari 2014

Tentang Penulis Syafruddin Nur Lahir di Campago Kampung Dalam Padang Pariaman SumateraBarat 18 Desember 1956 Anak bungsu dari tujuh bersaudara(ayah Tuanku M. Nur Syakban dan ibu Rukayah) Menikah dengan Amriani Effendi Pauh Kambar 1960. Guru SMPN 1 Kayu Tanam dikurniai 6 orang anak,5 perempuan 1 laki-laki. Syafruddin Nur menamatkan SD di kampung kelahiran. Melanjutkan pendidikan ke PGA 4 tahun Almanar Kampung Dalam tamat 1974. PGAN 6 tahun diselesaikan di Koto Baru Padang Panjang,tamat 1976. Melanjutkan Pendidikan ke IKIP Padang 1977 dan tamat Program D III Bahasa Indonesia 1980. Pendidikan S1 diperoleh melalui Universitas Terbuka. Saat ini sedang mengikuti kuliah jarak jauh di LIPIA Jakarta untuk mengambil program LC. Perkembangan Karir PNS 1980 mengajar di SMA Taman Siswa Padang 1 Oktober 1980 diangkat sebagai PNS di SMPN Padang Sago Padang Pariaman Sumatera Barat. Agustus 1984 pindah ke SMAN Sungai Limau Padang Paria- man Sumatera Barat 1991 ditunjuk sebagai Pjs Kepala SMA Sungai Limau 2001- 2007 diangkat Kepala SMPN 1 Sipora Mentawai November 2007 dilantik jadi Pengawas SMA Wilayah Pagai Utara Selatan dan Sipora 2010 Kepala Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Pendidikan Ulama dan Zuamak(TAPUZ) Marunggi Kurai Taji Kota Pariaman Juli 2009- sekarang bertugas sebagai pengawas SMP Kota Pariaman Organisasi Yang Pernah Diikuti 1. PGRI 1980-sekarang 2. Musyawarah Kerja Pengawas(MKPS) 2007-sekarang 3. Ketua MGMP Bahasa Indonesia Padang Pariaman 1986-1990 4. Pengurus Badan Pembinaan Kader Muhammadiyah Padang Pariaman 5. Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Padang Pariaman 1990-1999 6. Sekretaris Cabang Muhammadiyah Sicincin-Kayutanam 2012-2016 Karir Menulis Mulai menulis tahun 1984. Artikel pertama dimuat di harian Singgalang. Artikel lainnya dimuat di mingguan Canang,Padang Pos, Semangat (koran Sumatera Barat) Artikel dan laporannya juga dimuat di majalah Estafet,Panji Masyarakat,Kiblat(Jakarta) Dan Tabloid Salam Bandung. Di samping modal dasar yang didapat di bangku kuliah,karir kepenulisan juga banyak ditimba melalui kegiatan kursus tertulis jurnalistik Seperti KOMAK(kelompok Mahasiswa Komunikasi) Jakarta,Lemjuri(Lembaga Jurnalistik Mandiri) Jakarta,Sidiq Intelektual Forum Bandung,LPWI(Lembaga Pendidikan Wartawan Islam) Gorobogan Jawa Tengah,HPCP(Himpunan Penulis Cerpen dan Puisi) Batu, Jawa Timur.Sekarang bergabung dengan Forum Aktif Menulis Indonesia yang berpusat di Kediri Jawa Timur. Di samping itu juga berautodidak dengan buku-buku jurnalistik dan keislaman berbagai disiplin ilmu. Motto mari cerahkan hidup bangsa dengan membaca dan menulis. Syafruddin Nur dapat dihubungi melalui HP 081363109877 atau email : pudin_cimpago26@yahoo.com. Dapat juga dihubungi di alamat rumah: Pustaka Afifah Pasar Hilir Kayu Tanam Padang Pariaman Sumatera Barat 25585.

Tentang Penulis Syafruddin Nur Lahir di Campago Kampung Dalam Padang Pariaman SumateraBarat 18 Desember 1956 Anak bungsu dari tujuh bersaudara(ayah Tuanku M. Nur Syakban dan ibu Rukayah) Menikah dengan Amriani Effendi Pauh Kambar 1960. Guru SMPN 1 Kayu Tanam dikurniai 6 orang anak,5 perempuan 1 laki-laki. Syafruddin Nur menamatkan SD di kampung kelahiran. Melanjutkan pendidikan ke PGA 4 tahun Almanar Kampung Dalam tamat 1974. PGAN 6 tahun diselesaikan di Koto Baru Padang Panjang,tamat 1976. Melanjutkan Pendidikan ke IKIP Padang 1977 dan tamat Program D III Bahasa Indonesia 1980. Pendidikan S1 diperoleh melalui Universitas Terbuka. Saat ini sedang mengikuti kuliah jarak jauh di LIPIA Jakarta untuk mengambil program LC. Perkembangan Karir PNS 1980 mengajar di SMA Taman Siswa Padang 1 Oktober 1980 diangkat sebagai PNS di SMPN Padang Sago Padang Pariaman Sumatera Barat. Agustus 1984 pindah ke SMAN Sungai Limau Padang Paria- man Sumatera Barat 1991 ditunjuk sebagai Pjs Kepala SMA Sungai Limau 2001- 2007 diangkat Kepala SMPN 1 Sipora Mentawai November 2007 dilantik jadi Pengawas SMA Wilayah Pagai Utara Selatan dan Sipora 2010 Kepala Tsanawiyah Pondok Pesantren Taman Pendidikan Ulama dan Zuamak(TAPUZ) Marunggi Kurai Taji Kota Pariaman Juli 2009- sekarang bertugas sebagai pengawas SMP Kota Pariaman Organisasi Yang Pernah Diikuti 1. PGRI 1980-sekarang 2. Musyawarah Kerja Pengawas(MKPS) 2007-sekarang 3. Ketua MGMP Bahasa Indonesia Padang Pariaman 1986-1990 4. Pengurus Badan Pembinaan Kader Muhammadiyah Padang Pariaman 5. Pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Padang Pariaman 1990-1999 6. Sekretaris Cabang Muhammadiyah Sicincin-Kayutanam 2012-2016 Karir Menulis Mulai menulis tahun 1984. Artikel pertama dimuat di harian Singgalang. Artikel lainnya dimuat di mingguan Canang,Padang Pos, Semangat (koran Sumatera Barat) Artikel dan laporannya juga dimuat di majalah Estafet,Panji Masyarakat,Kiblat(Jakarta) Dan Tabloid Salam Bandung. Di samping modal dasar yang didapat di bangku kuliah,karir kepenulisan juga banyak ditimba melalui kegiatan kursus tertulis jurnalistik Seperti KOMAK(kelompok Mahasiswa Komunikasi) Jakarta,Lemjuri(Lembaga Jurnalistik Mandiri) Jakarta,Sidiq Intelektual Forum Bandung,LPWI(Lembaga Pendidikan Wartawan Islam) Gorobogan Jawa Tengah,HPCP(Himpunan Penulis Cerpen dan Puisi) Batu, Jawa Timur.Sekarang bergabung dengan Forum Aktif Menulis Indonesia yang berpusat di Kediri Jawa Timur. Di samping itu juga berautodidak dengan buku-buku jurnalistik dan keislaman berbagai disiplin ilmu. Motto mari cerahkan hidup bangsa dengan membaca dan menulis. Syafruddin Nur dapat dihubungi melalui HP 081363109877 atau email : pudin_cimpago26@yahoo.com. Dapat juga dihubungi di alamat rumah: Pustaka Afifah Pasar Hilir Kayu Tanam Padang Pariaman Sumatera Barat 25585.

Selasa, 04 November 2014

Buatlah Diri Anda Menjadi Mercusuar

Oleh : Syafruddin Nur Jika cuaca gelap,lautan bergelombang besar karena angin kencang,kapal yang berlayar di lautan sering kehilangan pedoman. Jika lampu mercusuar hidup,nakoda kapal tidak akan kehilangan arah. Kapal bisa berlayar menuju tujuan,sekalipun gelap dan badai menghalangi perjalanan. Nakoda yang telah berpengalaman di lautan,tidak akan kehilangan arah dan tidak akan membawa kapal ke tempat yang berbahaya. Manusia juga begitu. Kapal kehidupannya akan sering diombang-ambingkan oleh keinginan dan hawa nafsu. Keinginan selalu mendapat yang lebih,hawa nafsu yang sering menenggalamkan tujuan hakiki kehidupan. Ditambah dengan godaan-godaan setan yang selalu membisikkan untuk berbuat maksiat. Untuk itu,manusia yang beriman tidak akan pernah diombang-ambingkan oleh hal-hal yang akan menyeret dan menjatuhkannya ke lembah kehancuran. Orang yang beriman tujuan hidupnya telah jelas. Hidupnya bertujuan untuk mengabdi kepada Allah. Untuk mencapai tujuan itu mereka harus sadar bahwa kendali untuk mencapai tujuan itu terletak di tangan mereka sendiri. Mereka tidak akan salah kendali dalam mencapai tujuan hidup. Prinsip-prinsip hidup orang yang beriman itu sudah jelas. Dia akan melakukan perbuatan yang baik dan benar. Dia akan mengamalkan petunjuk Al Quran berdasarkan keterangan sunah Rasulullah. Dua pedoman inilah mercusuar kehidupan orang yang beriman. Mercusuar itu akan memberikan keseimbangan kepada mereka antara kehidupan dunia dan akhirat. Keseimabngan antara lahir dan batin. Bukan hanya untuk dirinya saja dia berbuat keseimbangan. Dia juga akan mengajak orang-orang di sekitarnya,anak dan istrinya,karib kerabatnya dan tetangga serta lingkungannya di mana ia tinggal. Ajakan ini sudah merupakan kewajiban bagi dirinya,karena itu diperintahkan oleh imannya. Dia harus peduli dengan dirinya supaya tidak terjerambab ke lubang kehinaan. Kepeduliannnya kepada keluarga dan lingkungan adalah cerminan keimanannya yang tidak bisa diabaikan. Orang yang dibimbing oleh keimanan,akan menyelamatkan dirinya,keluarga,lingkungan,negara dan bangsanya dari kehancuran. Dia tidak merasa senang melihat orang lain kesusahan. Apalagi agama,negara dan bangsanya ditindas dan dijajah oleh orang lain. Imannya akan memberikan motivasi untuk melaksanakan pembelaan. Memberikan pembelaan merupakan kewajibannya. Karena dia selalu menerangi orang yang tersesat dan salah jalan. Mercusuar itu akan tetap kokoh dalam dirinya sekalipun badai menghadang. Cahayanya akan bersinar untuk menerangi orang yang dalam kegelapan.

Membentuk Karakter Remaja Melalui Pengajaran Sastra

Oleh Syafruddin Nur Saat ini Indonesia prihatin dengan sikap remaja. Seolah-olah pendidikan di sekolah tidak mampu merubah karakter mereka yang ugal-ugalan, suka tawuran,pergaulan bebas,mengkonsumsi narkoba,menjadi remaja yang santun,sopan membatasi pergaulan dengan lawan jenis dan menjauhi narkoba. Sudah bermacam program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk merubah karakter anak didik itu. Muali dari pendidikan budi pekerti,pendidikan akhlak dan pen didikan karakter. Di Sumatera Barat di tambah lagi dengan pendidikan Al Quran. Maksudnya bagaimana bagaimana mengintegrasikan nilai- nilai Al quran ke setiap mata pelajaran. Bahkan secara yuridis formal pemerintah telah menetapakan melaui undang-undang. Dalam undang-undang Sistema pendidikan, bab 1 pasal I ayat 1 disebutkan:”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Pendidikan kita bertujuan mengmebangkan kepribadian anak didik secara seimbang dengan melatih jiwa intelek,rasio dan indra badani.dapat Dari konsep-konsep di atas,pendidikan kita namapaknya sudah terarah dan jelas tujuannya. Yang belum banyak dilaksanakan sekolah adalah bimbingan dan latihan. Untuk mengmebangkan pendidikan itu agar memberikan hasil maksimal perlu ada kesimbangan antara teori dan prkatek. Salah satu mata pelajaran yang bisa untuk melatih dan membimbing siswa mengembang kepribadiannya adalah pengajaran sastra. Melalui pengajaran sastra,kepribadian anak didik dan karakternya bisa diarahakan kepada yang lebih baik. Pangajaran sastra juga dapat melatih jiwa intelek,rasio dan indra badani. Dengan kata lain konsep dan tujuan pendidikan itu yang telah dicanangkan pemerintah itu terbantu merealisasikannya melalui pengajaran sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra dapat mempertajam perasaan,penalaran daya kahayal serta kepekaan terhadap masyarakat,budaya dan lingkungan hidup. Melalui pengajaran sastra,anak didik diberi kesempatan untuk mengenal aspek kehidupan. Aspek kehidupan itu disampaikan melalui bahasa yang intuitif dengan nilai-nilai yang menyentuh perasaan. Karena bahasa sastra indah dan menyentuh. Mengapresiasi sastra berarti mempertajam kepekaan terhadap masyarakat, lingkungan,dan budaya. Latihan dan bimbingan yang diberikan dalam apresiasi sastra,akan mematangkan sikap dan kepribadian anak didik. Sebaba dalam materi sastra yang dipelajari anak didik itu sarat dengan nilai kehidupan dan budaya bangsanya. Memberikan pengajaran apresiasi sastra berati melatih anak didik hidup sesuai dengan budaya bangsanya yang luhur,sopan,santun dan terbuka. Pendidikan seperti ini akan membentuk kepribadian siswa menjauhi nilai yang tiddak baik dan mengambil hal yang positif. Amat disayangkan pengajaran sastra yang sarat nilai dan bermanfaat banyak untuk pembentukan karakter bangsa, diabaikan dalam kurikulum 2013. Buktinya pengajaran sastra hanya “ditumpangkan” dalam Mata Pelajaran bahasa Indonesia dengan porsi yang minim. Padahal semenjak dahulu orang yang mencintai sastra,apakah para pakar,guru sastra dan pencinta sastra lainnya berharap dalam perubahan kurikulum, pengajaran sastra dipisahkan dari Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Setidaknya porsi untuk pengajaran sastra itu diperbesar agar fungsi sastra itu lebih tampak untuk pembentukan karakter anak didik.