Selasa, 04 November 2014

Membentuk Karakter Remaja Melalui Pengajaran Sastra

Oleh Syafruddin Nur Saat ini Indonesia prihatin dengan sikap remaja. Seolah-olah pendidikan di sekolah tidak mampu merubah karakter mereka yang ugal-ugalan, suka tawuran,pergaulan bebas,mengkonsumsi narkoba,menjadi remaja yang santun,sopan membatasi pergaulan dengan lawan jenis dan menjauhi narkoba. Sudah bermacam program pendidikan yang dicanangkan pemerintah untuk merubah karakter anak didik itu. Muali dari pendidikan budi pekerti,pendidikan akhlak dan pen didikan karakter. Di Sumatera Barat di tambah lagi dengan pendidikan Al Quran. Maksudnya bagaimana bagaimana mengintegrasikan nilai- nilai Al quran ke setiap mata pelajaran. Bahkan secara yuridis formal pemerintah telah menetapakan melaui undang-undang. Dalam undang-undang Sistema pendidikan, bab 1 pasal I ayat 1 disebutkan:”Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Pendidikan kita bertujuan mengmebangkan kepribadian anak didik secara seimbang dengan melatih jiwa intelek,rasio dan indra badani.dapat Dari konsep-konsep di atas,pendidikan kita namapaknya sudah terarah dan jelas tujuannya. Yang belum banyak dilaksanakan sekolah adalah bimbingan dan latihan. Untuk mengmebangkan pendidikan itu agar memberikan hasil maksimal perlu ada kesimbangan antara teori dan prkatek. Salah satu mata pelajaran yang bisa untuk melatih dan membimbing siswa mengembang kepribadiannya adalah pengajaran sastra. Melalui pengajaran sastra,kepribadian anak didik dan karakternya bisa diarahakan kepada yang lebih baik. Pangajaran sastra juga dapat melatih jiwa intelek,rasio dan indra badani. Dengan kata lain konsep dan tujuan pendidikan itu yang telah dicanangkan pemerintah itu terbantu merealisasikannya melalui pengajaran sastra. Kegiatan mengapresiasi sastra dapat mempertajam perasaan,penalaran daya kahayal serta kepekaan terhadap masyarakat,budaya dan lingkungan hidup. Melalui pengajaran sastra,anak didik diberi kesempatan untuk mengenal aspek kehidupan. Aspek kehidupan itu disampaikan melalui bahasa yang intuitif dengan nilai-nilai yang menyentuh perasaan. Karena bahasa sastra indah dan menyentuh. Mengapresiasi sastra berarti mempertajam kepekaan terhadap masyarakat, lingkungan,dan budaya. Latihan dan bimbingan yang diberikan dalam apresiasi sastra,akan mematangkan sikap dan kepribadian anak didik. Sebaba dalam materi sastra yang dipelajari anak didik itu sarat dengan nilai kehidupan dan budaya bangsanya. Memberikan pengajaran apresiasi sastra berati melatih anak didik hidup sesuai dengan budaya bangsanya yang luhur,sopan,santun dan terbuka. Pendidikan seperti ini akan membentuk kepribadian siswa menjauhi nilai yang tiddak baik dan mengambil hal yang positif. Amat disayangkan pengajaran sastra yang sarat nilai dan bermanfaat banyak untuk pembentukan karakter bangsa, diabaikan dalam kurikulum 2013. Buktinya pengajaran sastra hanya “ditumpangkan” dalam Mata Pelajaran bahasa Indonesia dengan porsi yang minim. Padahal semenjak dahulu orang yang mencintai sastra,apakah para pakar,guru sastra dan pencinta sastra lainnya berharap dalam perubahan kurikulum, pengajaran sastra dipisahkan dari Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Setidaknya porsi untuk pengajaran sastra itu diperbesar agar fungsi sastra itu lebih tampak untuk pembentukan karakter anak didik.

1 komentar:

  1. These are operated by computer software program 카지노사이트 that generates random results

    BalasHapus